Sebuah Keyakinan



“Iman itu bukanlah angan-angan dan juga bukan perhiasan; tetapi iman itu adalah sesuatu yang menetap dihati, dan dibenarkan dengan amal.” (H.R. Ad Dailami)

Seperti itulah keyakinan seharusnya ada dalam hati kita. Bukan hanya sekedar diangan-angankan, tapi benar-benar menetap dalam hati sehingga ia memberikan kita kekuatan untuk action (beramal). Jika kita masih malas-malasan, putus asa dan tak mau berubah, maka memang seperti itulah keyakinan yang ada dalam hati kita. Sebatas itulah kekuatan hati kita.

Syekh Muhammad Al-Ghazali pernah berkata, “Kita adalah cerminan dari keyakinan kita sendiri.” Perilaku, sikap, tindak-tanduk yang kita lakukan dalam aktivitas keseharian tidak akan bisa menutupi apa yang dalam diri kita. Itulah mengapa Lao Tzu mengatakan bahwa kita harus berhati-hati dengan pikiran dan hati kita karena mereka akan menentukan tindakan kita yang pada akhirnya menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan yang kemudian membentuk karakter dan ujungnya akan menentukan takdir hidup kita sendiri.

Konon, seorang pejuang sewaktu berlabuh di suatu tanah impian pada Juli 711M, langsung memerintahkan pasukannya untuk membakar seluruh kapal milik mereka sendiri. Tujuannya? Ia ingin menanamkan suatu keyakinan pada dirinya dan 12.000 orang pasukanya, “kita tidak mungkin mundur! Kita harus menguasai daerah ini”. Berbekal keyakinan sesempurna itu, akhirnya mereka berhasil menguasai daerah tersebut dan mendirikan peradaban di atasnya, dimana peradaban itu berkilau dan memukau selama lebih dari 700 tahun, namanya Andalusia, tepatnya di Spanyol.

Terlepas dari itu, dengan keyakinan yang benar dan kesabaran yang benar, satu orang dapat menghadapi dua sampai sepuluh orang sekaligus (QS. 8: 65-66). Perlu dicatat, ini Allah menjanjikan:

1 banding 2 dimana:
-          100 orang dapat mengatasi 200 orang
-          1000 orang dapat mengatasi 2000 orang
2 banding 10 dimana:
-          20 orang dapat mengatasi 200 orang
-          100 orang dapat mengatasi 1000 orang
Dalam sejarah islam peristiwa ini sering sekali terjadi.

Sahabat, kita tidak pernah tahu Allah menurunkan pertolongan-Nya kepada kita dalam bentuk apa. Yang jelas, kita harus selalu mengoptimalkan setiap kesempatan yang melintas dihadapan kita dengan keyakinan kita dapat berhasil karena Allah SWT atas kemampuan yang telah diberikan. Ada sebuah kisah tentang seorang ahli ibadah yang terjebak banjir saat berada di mesjid. Warga sudah mengingatkan pemuda tersebut untuk segera mengungsi, namun sang pemuda menolak, “Saya kan ahli ibadah, Allah akan menyelamatkan saya.” Air pun mulai masuk kedalam masjid, Kepala Desa mencoba merayu Pemuda tersebut lagi untuk mengungsi, namun dia masih tetap dengan pendirian dan keyakinannya, “Allah akan menolong saya, karena saya ahli ibadah.” Air terus naik hingga ke jendela masjid, kemudian ada tim sar yang mencoba menyelamatkan dia, tapi lagi-lagi si pemuda menolak karena yakin Allah akan menolongnya. Air terus naik hingga ke atap masjid, datanglah helicopter untuk membantu dia mengungsi. Namun, sang pemuda masih tidak mau beranjak, “Allah akan menolong saya, karena saya ahli ibadah.” Dan akhirnya, pemuda itu pun meninggal. Pemuda ini  kemudian bertanya kepada malaikat, “Wahai malaikat, mengapa Allah tidak menolong saya? bukankah saya ahli ibadah? Mengapa Dia membiarkan saya tenggelam dalam bencana banjir itu?” Malaikat pun menjawab, “Siapa bilang Allah tidak menolong kamu. Bukankah Dia telah mengirimkan warga, kepala desa, tim sar dengan booth-nya dan helicopter untuk menyelamatkanmu? Lalu mengapa engkau menolaknya?”

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Iip Arifin